MANAJEMEN PASIEN HEMODIALISA
1. Sesi hemodialisis pertama.
Durasi
hemodialisis pertama harus singkat (2 atau 3 jam) untuk mencegah penurunan
drastis konsentrasi urea serum dan sindrom disequilibrium.
2. Monitoring selama sesi hemodialisis berikutnya
2.1.Vascular connection
Insersi jarum
arterial harus lebih distal dari insersi venosa untuk mencegah resirkulasi
darah.
2.2.Heparinisasi
Pada proses
dialisis terjadi aliran darah di luar tubuh. Pada keadaan ini akan terjadi
aktivasi sistem koagulasi darah dengan akibat timbulnya bekuan darah. Karena
itu pada dialisis diperlukan pemberian heparin selama dialisis berlangsung. Ada
tiga teknik pemberian heparin, yaitu teknik heparin rutin, heparin minimal, dan
bebas heparin. Pada teknik heparin rutin, teknik yang sering digunakan
sehari-hari, heparin diberikan dengan cara bolus diikuti dengan continous
infusion. Pada keadaan dimana resiko perdarahan sedang atau berat digunakan
teknik heparin minimal dan teknik bebas heparin. Contoh beberapa keadaan risiko
perdarahan berat misalnya pada pasien dengan perdarahan intraserebral,
trombositopenia, koagulopati, dan pascaoperasi dengan perdarahan.
2.3.Aktivitas pasien
Pasien dapat
beraktivitas seperti membaca, menonton, dan lain-lain. Namun sebaiknya dibatasi.
2.4.Pengawasan klinik selama
sesi hemodialisis
Tekanan darah,
denyut nadi, tekanan pada blood line dan dialisat dan ultrafiltration rate
harus selalu dicatat, berat badan pre dan pasca hemodialisis.
3. Komplikasi intradialitik
3.1.Komplikasi teknik
Resiko Teknik
|
Presentasi Klinik
|
Udara masuk sirkuit darah
|
Emboli udara
|
Dialisat hipotonik
|
Hemolisis masif
|
Dialisat hipertonik
|
Hipernatremia, haus, sakit
kepala, bendungan paru dan kejang
|
Dialisat overheated
|
Hemolisis dan pembekuan
darah
|
Pertukaran bikarbonat
dengan konsentrasi acid
|
Alkalosis hebat
|
Diskoneksi tabung darah
|
Perdarahan, kolapse
|
3.2.Komplikasi terkait
hemodialisis
3.2.1.
Hipotensi terkait hemodialisis
Etiologi paling
sering berhubungan dengan penurunan volume plasma, kegagalan efek
vasokontriksi, dan faktor jantung terutama pada pasien nefropati diabetik dan
usia lanjut. Manajemen hipotensi disertai kram otot : ultrafiltration rate dan
blood flow rate dikurangi, pasien posisi trendelenberg, berikan infus garam
fisiologis 100-500 ml, atau garam hipertonis sebanyak 10-20 ml dalam waktu 3-5
menit.
3.2.2.
Kram otot
Kram otot
(betis) disebabkan penurunan volume CES akibat peningkatan ultrafiltation rate
atau konsentrasi Na dalam konsentrat tidak adekuat. Pemberian garam fisiologis
atau hipertonis merupakan terapi pilihan pertama.
3.2.3.
Mual, muntah dan sakit kepala
Tidak jarang
merupakan salah satu presentasi klinik disequilibrium syndrome.
3.2.4.
Sakit dada
Harus dicurigai
sebagai kegawat daruratan yang berhubungan dengan angina, infark miokard, atau
perikarditis, atau berhubungan dengan hemolisis akut atau reaksi anafilaktoid.
3.2.5.
Gatal
Etiologi deposit
kristal kalsium-fosfor (hiperparatiroidisme), kulit kering, alergi terhadap
obat (heparin), dan pelepasan histamin. Terapi kausal dan simptomatis
(diphenhydramine, ketotifen).
3.2.6.
Febris
Berhubungan
dengan reaksi pirogen atau infeksi mikroorganisme.
4. Komplikasi interdialitik
Komplikasi
selama periode antar hemodialisis lebih sering berhubungan dengan gangguan
keseimbangan air dan elektrolit (natrium dan kalium). Presentasi klinik dengan
bendungan paru akut, asidosis, dan hiperkalemia, merupakan keadaan darurat
medik memerlukan terapi hemodialisis akut.
5. Pemantauan evaluasi jangka panjang
Setiap pasien
baru dilakukan penilaian yang meliputi pemeriksaan fisik lengkap dan penunjang
sebagai berikut :
·
Darah perifer lengkap
·
Elektrolit darah (Na, K, Cl, Ca, P)
·
HBsAg
·
Anti HCV, HIV
·
Foto dada
·
EKG/Ekokardiografi
Bila tidak ada
indikasi khusus, maka dilakukan pemeriksaan sesuai jadwal berikut ini :
·
Na, K, Ca, P, Ureum (tiap 3 bulan)
·
SI, TIBC, Ferritin
·
HBsAg, Anti HCV, analisa gas darah, EKG (tiap 6 bulan)
·
Ekokardiografi (tiap 3 tahun)
Pemeriksaan
khusus yang dapat dilakukan adalah :
·
Mg (khusus untuk aritmia) dan PTH tiap tahun
·
Radiologik, densitometer tulang dan HIV pada keadaan khusus.
by : Ns, Pt Priambada Putra,Skep
DAFTAR PUSTAKA
1. Wijaya, Awi Mulyadi;dr.
Rabu, 27 Januari 2010. http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=68:terapi-pengganti-ginjal-atau-renal-replacement-therapy-rrt&catid=29:penyakit-tidak-menular&Itemid=18.
Terapi Pengganti Ginjal atau Renal
Replacement Therapy (RRT).
2. Daugridas, JT. Cronic
Hemodyalisis Prescription : A Urea Kinetic Approach. Daugirdas JT, Ing TS (Eds)
Handbook of Dialysis 3dh edition by Lippincott Williams and Willkins Publisers
2000 : 12-47.
3. Rahardjo P., Susalit E.,
Suhardjono. Hemodialisis. Dalam Buku AJar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV,
4. Xue JL, Ma JZ, Louis TA,
Collins AJ: Forecast of the number of patients with end-stage renal disease in
the United States to the year 2010. J Am Soc Nephrol 12:2753-2758, 2001.
5. Albert Lasker : Award for
Clinical Medical Research. J Am Soc Nephrol 13:3027-3030, 2002.
6. Kinchen KS, Sadler J, Fink
N, et al: The timing of specialist evaluation in chronic kidney disease and
mortality. Ann Intern Med 137:479-486, 2002
7. Vanholder R, De Smet SR:
Pathophysiologic effects of uremic retention solutes. J Am Soc Nephrol
10:1815-1823, 1999.
8. Jonathan Himmelfarb, MD.
Hemodialysis Complications. American Journal of Kidney Disease, vol 45, No.6
(June); 2005: pp 1125-1131.
9. Doenges,M.E., Moorhouse,
M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan
pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,
Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta.
10. Ganong, W. F., 1998, Buku
ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 17. EGC, Jakarta.
11. Guyton, A. C. & Hall, J.
E., 1997, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 9. EGC, Jakarta.
12. Havens, L. & Terra, R.
P, 2005, Hemodialysis. Terdapat pada: http://www.kidneyatlas.org.
13. NKF, 2006, Hemodialysis.
Terdapat pada: http://www.kidneyatlas.org.
14. PERNEFRI, 2003, Konsensus
dialisis. Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi–Bagian Ilmu Penyakit dalam. FKUI-RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta.
15. Price, S. A. & Wilson,
L. M., 1995, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 4, EGC,
Jakarta.
16. Rose, B. D. & Post, T.
W, 2006, Hemodialysis: Patient information, Terdapat pada: http://www.patients.uptodate.com.
No comments:
Post a Comment