Tuesday 12 April 2016

KOMPOSISI DIALISAT UNTUK HEMODIALISA



                                                         KOMPOSISI DIALISAT

CONTOH GAMBAR DIALIZAT.
 GAMBAR 1. BICARBONAT 

   

 GAMBAR 2. ACID



               Cairan dialysis adalah cairan yang digunakan pada proses hemodialisa, terdiri dari campuran air dan elektrolit yang mempunyai konsentrasi hampir sama dengan serum normal dan mempunyai tekanan osmotic yang sama dengan darah. Fungsi cairan dialysis adalah mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa metabolisme dari tubuh, serta mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa.
               Komposisi dialisat diatur sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Urea, kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam dialisat karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam dialisat. Kerugian cairan asetat adalah bersifat asam sehingga dapat menimbulkan suasana asam di dalam darah yang akan bermanifestasi sebagai vasodilatasi. Vasodilatasi akibat cairan asetat akan mengurangi kemampuan vasokonstriksi pembuluh darah yang akan diperlukan tubuh untuk memperbaiki gangguan hemodinamik yang terjadi selama hemodialisis. Keuntungan cairan bikarbonat adalah dapat memberikan bikarbonat ke dalam darah yang akan menetralkan asidosis yang biasa terdapat pada pasien gagal ginjal terminal dan tidak menimbulkan vasodilatasi.
Cairan dialysis mengandung macam-macam garam, elektrolit dan atau zat antara lain :
1.      NaCl / Sodium Chloride
Natrium merupakan determinan utama osmolalitas dialisat. Konsentrasi natrium dalam dialisat paling sedikit harus sama dengan plasma untuk mencegah kehilangan natrium akibat proses difusi. Dialisat hiponatremi dapat menyebabkan episode hipotensi, sakit kepala dan kram otot. Pada umumnya konsentrasi natrium dalam dialisat sekitar 140 mmol/L sudah cukup untuk eleminasi cairan sebanyak 3-4 L tanpa efek samping.
2.      CaCl2 / Calium Chloride
Konsentrasi kalium dalam dialisat 2 mEq/L, digunakan untuk mengeluarkan retensi kalium selama periode antar hemodialisis dan selama prosedur hemodialisis 4-5 jam. Konsentrasi kalium dapat ditingkatkan sampai 3-4 mEq/L sesuai kebutuhan, khususnya hipokalemia pada akhir sesi hemodialisis untuk mencegah cardiac arrhytmia terutama pasien usia lanjut.
3.      Mgcl2 / Magnesium Chloride
Hipermagnesemia akut dapat menyebabkan gangguan konduksi atrioventrikular dan intraventrikular, dan depresi sistem saraf. Hipermagnesemia kronik mempunyai peranan pada patogenesis osteodistrofi renal dan kalsifikasi jaringan ikat. Rekomendasi konsentrasi magnesium dalam konsentrat dialisat 0,5-0,75 mmol/L (1,15 mEq/L).
4.      Kalsium
Konsentrasi kalsium dalam dialisat harus cukup tinggi untuk mencegah keseimbangan negatif selama hemodialisa. Konsentrasi kalsium dalam dialisat 3,25 – 3,5 mEq/L.
5.      Asetat
Presipitasi bikarbonat mungkin didapatkan karena keberadaan ion kalsium dan magnesium. Upaya untuk mencegah presipitasi bikarbonat diperlukan subsitusi sumber sodium asetat sebagai salah satu pilihan alternatif. Pada pasien hemodialisis maximum acetate utilization rate diperkirakan 3,0 – 3,5 mmol/kg/jam. Bila digunakan high-efficiency dialyzer, kecepatan pergerseran asetat dari dialisat mungkin melebihi kemampuan metabolisme hepar sehingga menyebabkan hiperasetatemia. Presentasi klinik hiperasetatemia meliputi hipotensi, kram otot, sakit kepala, mual dan muntah.
6.      Bikarbonat
Bikarbonat merupakan zat pengganti yang penting dalam cairan dialisis, karena lebih fisiologis untuk koreksi asidosis metabolik dibandingkan dengan dialisat asetat. Berbeda dengan dialisat asetat, konsentrasi bikarbonat darah dan pH meningkat gradual selama prosedur hemodialisa dan kenaikan pasca hemodialisis dapat dihindari sehingga pasien bebas dari gejala. Rekomendasi konsentrasi bikarbonat dalam cairan dialisis 26-36 mmol/L.
7.      Klorida
Konsentrasi anion klorida sama dengan konsentrasi total kation (terutama natrium) minum konsentrasi asetat atau anion bikarbonat untuk mempertahankan electrochemical neutrality dari cairan dialisis. Rekomendasi konsentrasi klorida dalam dialisat bervariasi antara 105 dan 120 mEq/L.
8.      Glukosa
Hemodialisis menggunakan dialisat bebas glukosa (glucose free dialysate). Sejumlah glukosa akan bergeser dari darah ke kompartemen dialisat diperkirakan 25-30 g setiap kali prosedur hemodialisa. Kehilangan glukosa selama prosedur hemodialisis mungkin menyebabkan dialysis associated symptoms seperti sakit kepala, mual,dan muntah pasca hemodialisa. Bila prosedur hemodialisis menggunakan dialisat tanpa glukosa tubuh akan kehilangan aminoacid cukup tinggi yaitu 10 gram per sesi hemodialisis. Kehilangan aminoacid dibatasi hanya sekitat 1-3 gram per sesi hemodialisis bila menggunakan cairan dialisis mengandung glukosa. Aminoacid wasting bersama dengan peningkatan katabolisme protein dapat merangsang kehilangan glukosa ke kompartemen dialisat, dan mungkin diikuti keseimbangan negatif protein. Rekomendasi konsentrasi glukosa dalam cairan dialisis antara 1-2 gram/L untuk pasien nefropati diabetik dan usia lanjut. Dialysat bikarbonat dan/atau dialisat mengandung glukosa diduga merupakan media subur untuk pertumbuhan bakteri dan pembentukan endotoksin, merupakan resiko tinggi dialysate contamination. Teknik disinfeksi ketat disertai pemeliharaan mesin hemodialisis dan sirkuit water treatment sangat penting. Glukosa dalam konsentrasi yang rendah ditambahkan ke dalam dialisat untuk mencegah difusi glukosa ke dalam dialisat yang dapat menyebabkan kehilangan kalori dan hipoglikemia. Pada hemodialisa tidak dibutuhkan glukosa dalam konsentrasi yang tinggi, karena pembuangan cairan dapat dicapai dengan membuat perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dengan dialisat.
 by : Ns, Pt Priambada Putra, Skep.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Wijaya, Awi Mulyadi;dr. Rabu, 27 Januari 2010. http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=68:terapi-pengganti-ginjal-atau-renal-replacement-therapy-rrt&catid=29:penyakit-tidak-menular&Itemid=18. Terapi Pengganti Ginjal atau Renal Replacement Therapy (RRT).
2.      Daugridas, JT. Cronic Hemodyalisis Prescription : A Urea Kinetic Approach. Daugirdas JT, Ing TS (Eds) Handbook of Dialysis 3dh edition by Lippincott Williams and Willkins Publisers 2000 : 12-47.
3.      Rahardjo P., Susalit E., Suhardjono. Hemodialisis. Dalam Buku AJar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV,
4.      Xue JL, Ma JZ, Louis TA, Collins AJ: Forecast of the number of patients with end-stage renal disease in the United States to the year 2010. J Am Soc Nephrol 12:2753-2758, 2001.
5.      Albert Lasker : Award for Clinical Medical Research. J Am Soc Nephrol 13:3027-3030, 2002.
6.      Kinchen KS, Sadler J, Fink N, et al: The timing of specialist evaluation in chronic kidney disease and mortality. Ann Intern Med 137:479-486, 2002
7.      Vanholder R, De Smet SR: Pathophysiologic effects of uremic retention solutes. J Am Soc Nephrol 10:1815-1823, 1999.
8.      Jonathan Himmelfarb, MD. Hemodialysis Complications. American Journal of Kidney Disease, vol 45, No.6 (June); 2005: pp 1125-1131.
9.      Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta.
10.  Ganong, W. F., 1998, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 17. EGC, Jakarta.
11.  Guyton, A. C. & Hall, J. E., 1997, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 9. EGC, Jakarta.
12.  Havens, L. & Terra, R. P, 2005, Hemodialysis. Terdapat pada: http://www.kidneyatlas.org.
13.  NKF, 2006, Hemodialysis. Terdapat pada: http://www.kidneyatlas.org.
14.  PERNEFRI, 2003, Konsensus dialisis. Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi–Bagian Ilmu Penyakit dalam. FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta.
15.  Price, S. A. & Wilson, L. M., 1995, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 4, EGC, Jakarta.
16.  Rose, B. D. & Post, T. W, 2006, Hemodialysis: Patient information, Terdapat pada: http://www.patients.uptodate.com.
 

No comments:

Post a Comment