Indikasi Hemodialisis
Adapun indikasi untuk dilakukan terapi hemodialisa, yaitu :
1. Absolut atau CITO
- Asidosis metabolik yang sulit dikoreksi
- Uremia > 200 mg/dl
- Hiperkalemia > 7 mEq/L
- Overload
- Encephalopati uremikum
- Perikarditis uremikum
2. Elektif
•
LFG < 15 ml/mnt
•
Secara ideal semua pasien dengan LFG < 15 ml/mnt
dapat mulai menjalani dialisis. Namun dalam pelaksanaan klinis pedoman yang
dapat dipakai sebagai berikut :
- LFG < 10 ml/ mnt dengan gejala uremia / malnutrisi
- LFG < 5 ml/mnt walaupun tanpa gejala
- Indikasi Khusus :
•
Terdapat
komplikasi akut (edema paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang)
•
Pada pasien nefropati diabetik dapat dilakukan lebih
awal
Komplikasi Hemodialisis
A. Komplikasi Intradialisis
1. First
use syndrome
Patofisiologi:
Reaksi anafilaktik terhadap dialisat dari
cuprophane karena adanya akivasi sistem komplemen alternatif dan terpajan oleh
elyline oxide. Reaksi anafilaktik terhadap membran dialisis polyacrylonitrile
pada pasien yang mendapat pengobatan ACE inhibitor.
Terapi : epinefrin dan steroid
2. Hipotensi
Penyebab:
- Terlalu banyak dalam sirkulasi mesia
- Ultrafiltrasi berlebihan
- Obat-obatan anti hipertensi
Gejala:
- Lemas,berkeringat,pandangan kabur,berkunang-kunang
- Kadang-kadang mual, muntah,sesak
- Sakit dada
Penanganan:
- Posisi tidur,kepala lebih rendah dari kaki
- Kecepatan aliran darahdan UFR diturunkan
- Berikan NaCl 0,9% 100ml atau sesuaikan dengan tensi pasien
- Berikan O2 1-2liter
- Kalau perlu dialisis sementara di istirehatkan dengan cara :
o
Darah pasien dikembalikan ke tubuh sambil
menunggu KU pasien membaik,selang darah diisi sengan NaCl 0,9% dan
disirkulasikan
o
Heparin tetap dijalankan agar tidak ada sisa
bekuaan darah dalam selang
o
Jika tensi sudah naik(kembali normal),dialisis
dapat dimulai kembali
o
Catat semua tindakan yang telah dilakukan dalam
catatan dialisis.
Pencegahan :
·
Anjurakan pasien membatasi penaikan berat badan
intradialisis >1kg/hari
·
Anjurkan pasien untuk minum obat antihipertensi
sesuai aturan dokter
·
Bila perlu gunakan dialisat bikarbonat
·
Observasi tanda-tanda vital selama dialisis
berlangsung
3. Mual dan muntah
Penyebab:
·
Gangguan Gitract gastritis
·
Ketakutan
·
Reaksi obat
·
Hipertensi
Penangan:
·
Kecilkan kecepatan aliran darah sampai 100RPM
·
Kecilkan UFR sampai 0,0
·
Berikan kantong plastik muntah
·
Bantu kebutuhan pasien (kalau perlu berikan
minyak gosok pada daerah epigastrik)
·
Observasi ketat tanda-tanda vital selama proses
dialisis berlangsung
·
Jika tensi turun gurun NaCl 0,9% 100ml sesuai KU
pasien
·
Jika keadaan sudah membaik,program dialisis
diatur secara bertahap sesuai kebutuhan pasien
·
Beritahu dokter jika pasien tidak ada perbaikan
·
Mencari timbulnya muntah:hipotensi,penarikan
cairan terlalu cepat,atau kenaikan berat badan >1kg/hari
Pencegahan:
·
Hindari hipotensi dengan menurunkan kecepatan
aliran darah selama jam pertama dioalisis,selanjutnya dinaikan secara
bertahapsesuai kebutuhan pasien
·
Ganti cairan dialisat dengan cairan
bikarbonat,atas persetujuan dokter nefrologi
·
Anjurkan pasien untuk membatasi jumlah cairan
yang masuk dengan cairan yang keluar
·
Observasi ketat tanda-tanda vital selama
dialisis berlangsung
4. Sakit kepala
Penyebab:
·
Tekanan darah naik
·
Ketakutan
Penanganan:
·
Kecilkan kecepatan aliran darah sampai 100RMP
·
Obserfasi tanda-tanda vital (tensi dan nadi)
·
Jika tensi tinggi beri tahu dokter
·
Kompres es di atas kepala, bila diperlukan
·
Jika keluhan sudah berkurang, jalankan program
diyalisis kembali seperti semula secara bertahap
·
Mencari penyebab sakit kepala; cairan dialisat
asetat, minum kopi atau ada masalah
Pencegahan:
·
Mengganti cairan dialisat sesuai dengan
persetujuan dokter
·
Anjurkan pasien untuk mengurangi kopi
·
Memberikan pendekatan pada pasien untuk
mengatasi masalah yang sedang dihadapi
5. Demam disertai menggigil
Penyebab:
·
Reaksi pirogen
·
Reaksi transfusi
·
Kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah
Penanganan:
·
Observasi tanda-tanda vital
·
Berikan selimut
·
Beri tahu dokter untuk pemberian terapi (panadol
bila suhu meningkat)
·
Mencari penyebab demaqm karena: bahan pirogen
dari set dialisis atu infeksi pada pasien
6. Nyeri dada
Penyebab:
·
Minum obat jantung tidak teratur
·
Program HD yang terlalu cepat
Penanganan:
·
Kecikan kecepatan aliran darah
·
Pasang EKG monitor
·
Beri tahu dokter untuk pemberian terapi
Pencegahan:
·
Sirkulasi pada waktu preming agak lama antara
10-15 menit
·
Minum obat jantung secara teratur
·
Anjurkan pasien untuk kontrol ke dokter secara
teratur
7. Gatal-gatal
Penyebab:
·
Jadwal diyalisis yang tidak teratur (toksik
toksin uremia kurang terdialisis)
·
Sedang transfusi atau sesudah transfusi
·
Kulit kering
Penaganan:
·
Gosoklah dengan krim khusus gatal
·
Jika karena transfusi beri tahu dokter untuk
pemberian avil 1 ml/IV
Pencegahan:
·
Anjurkan pasien makan sesui dengan diet
·
Anjurkan pasien taat dalam menjalani HD sesuai
dengan program
·
Anjurkan pasien selalu menjaga kebersihan badan
·
Usahakan pada saat sirkulasi waktunya agak lama.
8. Perdarahan cimino setelah dialisis
Penyebab:
·
Tempat tusukan membesar
·
masa pembekuan darah lama
·
dosis heparin yang berlebihan
·
tekanan darah tinggi
·
penusukan tusukan tidak tepat
Penanganan:
·
Tekan daerah tusukan dengan tepat dan cari
penyebab perdarahan kemudian observasi tanda-tanda vital dengan ketat
·
Lapor dokterjaga jiga perdarahan lama berhenti
Pencegahan:
·
Sebelum dialisis, kalau perlu periksa
laboratorium terhadap MPP,APTT
·
Bekas tusuka cimino tidak boleh digaruk-garuk
atau dipijat
·
Hindari penusuk pada bekas tusukan dialisis
sebelumnya
9. Kram otot
Penyebab:
·
Penarikan cairan dibawah berat badan standar
·
Penarikan cairan terlalu cepat (UFR tinggi)
·
Cairan dialisat dengan kadar Na rendah
·
Berat badan naik >1kg/hari
·
Posisi tidur berubah terlalu cepat
Penaganan:
·
Kecilkan QB dan UFR
·
Massage (streatching exercise) pada daerah yang
kram
·
Kalau perlu berikan obat gosok
·
Guyur dengan NaCl 0,9 % sebanyak 100-200 ml dan
sesuaikan dengan keadaan umum pasien
·
Kompres air hangat
·
Observasi tanda-tanda vital
·
Laporkan pada dokter untuk pemberian terapi
Pencegahan:
·
Jangan menarik cairan terlalu cepat atu UFR
tinggi pada awal dialisis
·
Anjurkan pasien untuk membatasi intake cairan
·
Anjurkan pasien untuk mentaati diet agar
kenaikan berat badan interdialisis tidak lebih dari 1 Kg/hari
·
Gunakan cairan dialisat dengan kadar Na tinggi
(karbohidrat)
B. Komplikasi Kronik
1. Renal osteodistrofi
Hiperparatiroidisme sekunder
Patogenesis:
·
Retensi
fosfat pada ginjal dan terjadinya hiperfosfatemia
·
Hipokalsemi
·
Level
kalsitroil yang rendah
·
Resistensi
terhadap paratiroid hormon
Gejala:
·
Nyeri
tulang
·
Lemah
otot proksimal
·
Ruptur
tendon spontan
·
Pruritus
·
Kalsifikasi
metastatik dan ektraskeletal
Terapi:
·
Menurunkan
intake fosfat ; diet rendah fosfat dan penggunaan pengikat fosfat (contoh :
kalsium asetat dan kalsium karbonat, aluminium hidroksida)
·
Penggunaan
analog Vitamin D (contoh : kalsitriol, parakalsitriol, doxerkalsiferol)
·
Kalsimimetik
agent
·
Parathyroidektomi
2. Amiloidosis
Amilidosis dapat dijumpai pada pasien yang
mendapatkan terapi hemodialisis jangka panjang karena adanya amyloid fibril
yang mengandung B2 protein mikroglobulin. Gejala antara lain : carpal turner
syndrome, nyeri sendi kronik, destruksi athropathy.
Terapi : hemofiltrasi atau high Flux hemodialisis
untuk menyingkirkan B 2 mikroglobulin, pengobatan simptomatik dan pembedahan
Carpal turner syndrome dan transplantasi ginjal.
3. Malnutrisi protein dan kalori
Patogenesis:
·
Intake
protein dan kalori yang tidak adekuat
o
Diet
protein yang direkomendasikan > 1,2 g/kgBB perhari
o
Intake kalori yang direkomendasikan 35
kkal/kgBB/ perhari (umur < 60 th), 30-35 kkal/kgBB per hari (umur > 60 th)
o
Peningkatan
resting energy expanditure
o
Hilangnya
asam amino dalam dialisat 5-8 gr asam amino bebas terbuang dalam low flux
dialisis dan 30 % lebih tinggi pada High Flux dialisis.
Menilai status nutrisi
·
Serum
albumin,serum prealbumin,BUN,kreatinin serum IGF1
·
Komposisi
tubuh dengan DEXA(Dual-energy X-ray absorbtiometry)
Terapi nutrisi
·
Pemberian
suplemen nutrisi peroral
·
Nutrisi
parentral intradialisis
Adekuasi dialisis
A. Definisi
Adekuasi dialisis adalah
pengukuran kecukupan dosis hemodialisis yang diberikan. Adekuasi dialisis
diukur dengan menghitung Urea Reduction
Ratio dan (Kt/V). Kt/V urea merupakan pedoman yang akurat untuk
merencanakan peresepan HD serta menilai AHD, dan Urea reduction ratio = Rasio
reduksi ureum (RRU) merupakan pedoman yang sederhana dan praktis untuk menilai
AHD.
National Cooperative Dialysis
Study (NCDS), merupakan penelitian prospektif skala luas pertama yang menilai
AHD. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa ureum merupakan pertanda yang
memadai untuk penilaian AHD, dan tingkat bersihan ureum dapat dipakai untuk
prediksi keluaran (outcome) dari penderita. Lowrie dkk dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa blood urea-nitrogen (BUN) yang tinggi menyebabkan
meningkatnya morbiditas.
B. Menghitung adekuasi
RRU dihitung dengan mencari
rasio hasil pengurangan kadar ureum predialisis dibagi kadar ureum
pascadialisis. RRU adalah persentasi dari ureum yang dapat dibersihkan dalam
sekali tindakan HD. RRU merupakan cara paling sederhana dan praktis untuk
menilai AHD, tetapi tidak dapat dipakai untuk merencanakan dosis HD. Kt/V urea
adalah dimana Kt merupakan jumlah bersihan urea dari plasma persatuan waktu dan
V merupakan volume distribusi dari ureum V dalam satuan liter, K adalah
klearensi dalam satuan L/menit diperhitungkan dari KoA dializer, serta
kecepatan aliran darah dan kecepatan aliran dialisat, t adalah waktu tindakan
HD dalam satuan menit. Kt/V kurang dari 0,8 dihubungkan dengan meningkatnya
morbiditas, sedangkan Kt/V 1,0-1,2 dihubungkan dengan mortalitas yang rendah.
Rumus Daugirdas
Kt/V=2,2 – 3,3 (R-0,03)-UF/W)
1. R adalah BUN setelah
dialisis dibagi BUN sebelum dialisis
2. UF adalah volume
ultrafiltrasi dalam liter.
3.
W adalah berat pasien setelah dialisis dalam kg.
Re-evaluasi dari data NCDS
menunjukkan bahwa Kt/V kurang dari 0,8 dihubungkan dengan meningkatnya
morbiditas, sedangkan Kt/V 1,0-1,2 dihubungkan dengan mortalitas yang rendah,
batasan minimal Kt/V=1,2 untuk penderita yang menjalani HD 3 kali seminggu.
Sedangkan untuk kelompok penderita diabetes dimana risiko kematian pada GGT
lebih tinggi, Collins menganjurkan menaikkan Kt/V menjadi 1,4. Hemodialisis 2
kali seminggu tidak dianjurkan oleh NKFDOQI. HD 2 kali seminggu hanya dilakukan
untuk sementara, dan hanya penderita yang masih mempunyai klirens sisa >5
ml/menit. Dapat pula dipertimbangkan pada penderita dengan berat badan ringan.
Daugirdas menganjurkan jika masih melakukan HD 2 kali seminggu, Kt/V adalah
1,8-2,0. Cara lain untuk mengukur AHD adalah dengan mengukur RRU. Rumus yang
dianjurkan oleh Lowrie adalah sebagai berikut :
RRU (%) = 100 x (1-Ct/Co)
Ct adalah BUN sesudah-HD dan Co
adalah BUN sebelum-HD
Cara
lain untuk menghitung adekuasi dialisis adalah total dialysate collection yaitu
pengumpulan dialisat total akan tetapi pengumpulan dialisat yang mencapai
90-150 liter sangat tidak praktis. Waktu tindakan HD dapat dipakai sebagai
pengukur AHD, independen dari Kt/V ataupun RRU. Semakin lama tindakan HD,
klirens dari molekul yang lebih besar dari ureum diperkirakan akan lebih baik.
Juga akan terjadi intravaskuler euvolemia yang lebih baik dimana hal ini akan
mengurangi komplikasi kardiovaskuler. Meskipun data penunjang secara klinis
belum lengkap, lama HD yang dianjurkan minimal adalah 2,5 jam. Urea removal indek yaitu indeks
pembersihan dari ureum merupakan cara baru untuk mengukur AHD, dan masih sangat
sedikit pengalaman klinis dalam penggunaannya.
izin copas ya pak buat bahan belajar,,, penanganan komplikasi yang saya cari ada di blog ini. terimakasih banyak....
ReplyDelete